Senin, 16 Desember 2013

Kota Jepara

TENTANG KOTA JEPARA                    
Kota Jepara merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah, terletak di wilayah pantai utara pulau Jawa. Kota Jepara termasuk dalam distribusi wilayah pesisir karena terletak di sepanjang daerah pantai utara pulau Jawa. Kota Jepara termasuk dalam kategori daerah pesisiran timur. Pada jaman Islam, Jepara pernah tampil menjadi kota pelabuhan dan perdagangan yang sangat terkenal. Kemashuran itu dicapai terutama ketika Jepara sebagai kota pelabuhan dan kerajaan maritim yang diperintah oleh Ratu Kalinyamat. Sesuai dengan letak geografisnya sebagai kota pelabuhan, Jepara menempati suatu titik yang menghubungkan dunia daratan dan dunia lautan. Dunia daratan adalah daerah-daerah yang terletak di belakang kota pelabuhan, yaitu daerah-daerah penyangga (hinterland) seperti Juana, Kudus, Pati, Welahan, sampai lebih ke dalam lagi seperti Purwodadi/Grobogan dan sebagainya. Sementara dunia laut adalah jalur perdagangan dan pelayaran dengan darah-daerah di sekitarnya atau daerah seberang laut. Secara administratif, Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, yaitu Kecamatan Bangsri, Batealit, Donorojo, Jepara, Kalinyamatan, Karimunjawa, Kedung, Keling, Kembang, Mayong, Mlonggo, Nalumsari, Pakis Aji, Pecangan, Tahunan, dan Welahan.
# Kesenian jepara
Salah satu kesenian yang terdapat di kota jepara adalah ukiran. Seni ukir Jepara sudah terkenal diberbagai kalangan. Banyaknya perusahaan mabel yang ada di Kota KARTINI tersebut menandakan bahwa nilai jual atau minat masyarakat yang begitu tinggi terhadap kerajinan ukir khas Jepara. Sejarah dan tradisi yang berkesinambungan menunjukan hubungan antara nilai Artistik dan Sejarah yang terkandung dalam setiap ukiran tersebut, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Indikasi-geografis tersebut.

Letak geografis Kota Jepara yang berdekatan dengan laut dan pelabuhan merupakan indikasi geografis tentang penyebaran Ukiran jepara. Dimulai pada zaman kerajaan Majapahit sampai masuknya budaya china, eropa merupakan transformasi perkembangan gaya ukiran Jepara pada saat ini. Indikasi ini bisa dibuktikan dengan motif ukiran di pintu bangunan zaman dulu seperti pada pintu masjid Mantingan dan ukiran pada pintu Bledek di masjid Demak yang usianya sudah Berabad-abad.

            Motif Ukiran Jepara mempunyai ciri khas dibandingkan dengan ukiran daerah lain. Salah satu ciri khas yang terkandung didalamnya adalah bentuk corak dan motif. Untuk motif bisa kita lihat dari : Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat dari yang keluar daritangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya. Ukian asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun.Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah. Berbagai penjelasan diatas sudah menunjukkan sejarah ukiran Jepara yang mana nilai Sejarah dan Artistiknya sekarang sudah menjadi seni yang menunjukkan identitas kota jepara sebagai kota penghasil seni Ukir. Hasil karya ukiran dari kota pesisir ini telah tersebar di seantero dunia. Banyak wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia dan menjadikan kota jepara sebagai salah satu tujuannya dan membeli hasil kerajinan seni ukir sebagai cendera mata.

            selain ukiran itu sendiri kota jepara juga mempunyai kerajinan kain troso yang berletak di desa troso pecangaan jepara, juga ayaman rotan dan enceng gondok yang terdapat di desa welahan kecamatan welahan. Dan kerajinan monel yang terletak di daerah kriyan kecamatan kalinyamatan.

# TRADISI BARATAN

Pawai Baratan digelar di desa Kriyan, Kalinyamatan, Jepara. dilaksanakan sebagai puncak peringatan Nisfu Sya’ban (17/7). Baratan adalah arak-arakan simbol Ratu Kalinyamat diiringi wali kutub.dayang-dayang, para prajurit dengan diterangi lampu penerang berupa obor, impes atau lampion berpawai dari masjid al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan finish di pendopo kecamatan Kalinyamatan.Menurut panitia kegiatan Asyari Muhammad, mengatakan “ tradisi tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang.“Jenazah Hadirin, waktu itu, diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa obor. Sebagai simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya dengan pawai,”. Baratan juga merupakan momentum berkumpulnya warga dari penjuru kabupaten Jepara terutama warga Kalinyamatan. Dari pertemuan itu, akan menuai keramaiaan luar biasa. Selain itu, Baratan berasal dari kata Bara’atan berarti : lebaran, melebur atau terbebas (dari kekhilafan)  . Kepercayaan bagi warga Kalinyamatan dengan melakukan tradisi Baratan ” ALLAH akan memberikan panjang umur, dosa-dosaya di ampuni,dan diberikan lapang  rizkinya”,saat itu  kita pun sebentar lagi akan bertemu dengan bulan Ramadan yang akan datang.pada saat hari peringatan paginya diadakan lomba melukis gambar yang bertema baratan dan mewarnai bagi anak-anak,  pada malamnya sebelum pawai, peserta shalat Maghrib berjamaah, lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali ( yang pertama meminta di ampuni dosanya, kudua minta panjang umur ( terhindar dari cobaan dan penyakit ), dan ketiga meminta di lapangkan rizkinya ) kemudian diteruskan dengan bancakan ( syukuran ) , santap bersama, berupa makanan puli. Puli merupakan makanan yang terbuat dari beras. Agar rasanya kenyal, beras dicampur dengan bleng. Menurut salah satu versi, Puli diambil dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti 'maafkanlah aku'. Nishfu Syakban merupakan momentum menghadapi Ramadan, sehingga hati harus bersih dari segala dosa. Ritual Baratan diperingati pada tanggal 15 Sya’ban atau Ruwah/ bertepatan dengan malam Nishfu Sya’ban, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk, maka ritual Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi diri  setelah memohon ampun. Hal-hal yang perlu ada dalam ritual Baratan ini adalah: Lampu lampion,lampionnya dapat berupa: Impes yaitu jika berbentuk silinder dan berkerut, bentuk-bentuk binatang, dan berupa bus, pesawat, ataupun yang lain. Dalam hal ini makanan puli dan lampu lampion merupakan syarat yang harus ada dalam ritual Baratan.

KARAKTERISTIK MASYARAKAT JEPARA

Berikut ini merupakan sejumlah karakteristik masyarakat di kota jepara yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Disini saya akan memaparkan sikap negative yang dimiliki oleh masyarakat kota jepara. Salah satu karakteristik Masyarakat kota jepara yakni memiliki sifat yang cenderung boros, konsumtif dan menyukai kemewahan karena memiliki keinginan untuk membeli barang atau menggunakan jasa yang belum tentu dibutuhkan, secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Sikap boros dan konsumtif tersebut didasari oleh rasa gengsi yang tinggi dan dengan tujuan untuk pamer. Mereka membeli bukan karena kebutuhan, tapi didasari keinginan  sesaat, sekadar mengikuti tren atau menjaga gengsi. Masyarakat disana merasa menempati status sosial tertentu jika memiliki barang tertentu. Disini saya akan memberi contoh pada masyarakat di sekitar daerah tempat tinggal saya, yakni desa margoyoso kecamatan kalinyamatan kabupaten jepara. masyarakat di daerah tempat tinggal saya apabila mempunyai uang langsung dipergunakan untuk merenovasi rumahnya agar kelihatan megah. Padahal sebenarnya dapat digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
Alasan lain mengapa orang konsumtif adalah karena orang akan lebih percaya diri bila dari ujung kepala sampai ujung kaki menggunakan barang yang serba mahal dan up to date. Mereka tidak ingin dianggap ketinggalan zaman, kuno atau kampungan. Mereka membutuhkan pengakuan dari masyarakat, yang pada akhirnya membuatnya rela melakukan apapun asal bisa membeli barang yang didambakan. Rela meski utang bertumpuk-tumpuk karena menggunakan kartu kredit yang melebihi kapasitas, toh orang lain juga tidak bakalan tahu.
Tak dapat dipungkiri, berbagai kemudahan akses teknologi informasi juga turut berperan aktif dalam tumbuhnya perilaku konsumtif pada masyarakat di kota jepara. masyarakat kota jepara tergiur dengan Iklan yang semakin gencar di berbagai media. Mall dan pusat perbelanjaan tak pernah sepi oleh pengunjung. Itulah yang kemudian mendorong orang  masyarakat disana untuk menjadi konsumtif. Masyarakat di sekitar tempat tinggal saya apabila mempunyai uang misalnya setelah mendapatkan gaji atau upah langsung digunakan untuk berbelanja ke mall. ketika berjalan-jalan di mall, entah niat awalnya memang untuk berbelanja atau sekadar melihat-lihat, saat melewati deretan toko-toko dengan pajangan yang apik ditambah tawaran diskon yang membuat lapar mata, mau tidak mau mendorong keinginan mereka untuk membeli. Bagi yang berduit langsung tinggal membeli saja, namun bagi yang tidak, kartu kredit menjadi solusinya. Dapat diketahui bahwa yang memenuhi mall di kota kudus seperti matahari, Ramayana, dan hypermart adalah masyarakat dari kota jepara.
           
Kemudian salah satu karakteristik pada masyarakat kota jepara, khususnya di daerah tempat tinggal saya yaitu mempunyai jiwa wiraswasta yang tinggi. Selain itu juga mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Misalnya dengan memberi santunan kepada anak yatim dan fakir miskin. Karakteristik masyarakat di daerah tempat tinggal saya juga mudah bangkit dalam keterpurukan. Misalnya dalam melakukan usaha  mengalami kegagalan, mereka berusaha untuk bangkit dengan membuka usaha baru.

Bahasa yang digunakan dalam masyarakat kota jepara

Tutur kata yang digunakan dalam masyarakat kota jepara cenderung menggunakan bahasa ngoko. Dalam kesehariannya, Masyarakat kota jepara berkomunikasi atau berinteraksi dengan menggunakan bahasa ngoko. Menurut pengamatan di daerah tempat tinggal saya, yakni di desa margoyoso kec kalinyamatan kab jepara penggunaan unggah-ungguh dalam bahasa jawa masih berlaku. masyarakat disana masih menjunjung tinggi kesopanan dan unggah-ungguh. Misalnya saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua/dituakan. Secara umum anak-anak di daerah tempat tinggal saya berinteraksi dengan orang tuanya dengan menggunakan bahasa krama. Sedangkan untuk anak-anak yang seumuran dalam kesehariannya berkomunikasi dengan bahasa ngoko. Namun demikian, sudah banyak ditemui orang tua yang mengajarkan anaknya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia sejak kecil. Biasanya masyarakat yang kesehariannya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia adalah masyarakat dari kalangan atas yang mampu dalam ekonomi. Bahkan ada juga yang sudah mengajarkan anaknya sejak dini untuk berkomunikasi dengan bahasa inggris agar kelak saat dewasa mahir dalam bahasa inggris.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar