Kota Jepara merupakan salah satu
daerah yang termasuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah, terletak di wilayah
pantai utara pulau Jawa. Kota Jepara termasuk dalam distribusi wilayah pesisir
karena terletak di sepanjang daerah
pantai utara pulau Jawa. Kota Jepara termasuk dalam kategori daerah
pesisiran timur. Pada jaman Islam, Jepara pernah tampil menjadi kota pelabuhan
dan perdagangan yang sangat terkenal. Kemashuran itu dicapai terutama ketika
Jepara sebagai kota pelabuhan dan kerajaan maritim yang diperintah oleh Ratu
Kalinyamat. Sesuai dengan letak geografisnya sebagai kota pelabuhan, Jepara
menempati suatu titik yang menghubungkan dunia daratan dan dunia lautan. Dunia
daratan adalah daerah-daerah yang terletak di belakang kota pelabuhan, yaitu
daerah-daerah penyangga (hinterland) seperti Juana, Kudus, Pati, Welahan,
sampai lebih ke dalam lagi seperti Purwodadi/Grobogan dan sebagainya. Sementara
dunia laut adalah jalur perdagangan dan pelayaran dengan darah-daerah di
sekitarnya atau daerah seberang laut. Secara administratif, Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, yaitu
Kecamatan Bangsri, Batealit, Donorojo, Jepara, Kalinyamatan, Karimunjawa,
Kedung, Keling, Kembang, Mayong, Mlonggo, Nalumsari, Pakis Aji, Pecangan,
Tahunan, dan Welahan.
# Kesenian jepara
Salah satu
kesenian yang terdapat di kota jepara adalah ukiran. Seni ukir Jepara sudah
terkenal diberbagai kalangan. Banyaknya perusahaan mabel yang ada di Kota
KARTINI tersebut menandakan bahwa nilai jual atau minat masyarakat yang begitu
tinggi terhadap kerajinan ukir khas Jepara. Sejarah dan tradisi yang
berkesinambungan menunjukan hubungan antara nilai Artistik dan Sejarah yang
terkandung dalam setiap ukiran tersebut, termasuk pengakuan dari masyarakat
mengenai Indikasi-geografis tersebut.
Letak geografis
Kota Jepara yang berdekatan dengan laut dan pelabuhan merupakan indikasi
geografis tentang penyebaran Ukiran jepara. Dimulai pada zaman kerajaan
Majapahit sampai masuknya budaya china, eropa merupakan transformasi perkembangan
gaya ukiran Jepara pada saat ini. Indikasi ini bisa dibuktikan dengan motif
ukiran di pintu bangunan zaman dulu seperti pada pintu masjid Mantingan dan
ukiran pada pintu Bledek di masjid Demak yang usianya sudah Berabad-abad.
Motif Ukiran Jepara mempunyai ciri
khas dibandingkan dengan ukiran daerah lain. Salah satu ciri khas yang
terkandung didalamnya adalah bentuk corak dan motif. Untuk motif bisa kita
lihat dari : Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat dari yang
keluar daritangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya. Ukian asli
Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti
kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.Dan juga ada
buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun.Selain itu,tangkai relungnya
memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang
mengisi ruang atau memperindah. Berbagai penjelasan diatas sudah menunjukkan
sejarah ukiran Jepara yang mana nilai Sejarah dan Artistiknya sekarang sudah
menjadi seni yang menunjukkan identitas kota jepara sebagai kota penghasil seni
Ukir. Hasil
karya ukiran dari kota pesisir ini telah tersebar di seantero dunia. Banyak
wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia dan menjadikan kota jepara
sebagai salah satu tujuannya dan membeli hasil kerajinan seni ukir sebagai
cendera mata.
selain ukiran itu sendiri kota
jepara juga mempunyai kerajinan kain troso yang berletak di desa troso
pecangaan jepara, juga ayaman rotan dan enceng gondok yang terdapat di desa
welahan kecamatan welahan. Dan kerajinan monel yang terletak di daerah kriyan
kecamatan kalinyamatan.
# TRADISI BARATAN
Pawai
Baratan digelar di desa Kriyan, Kalinyamatan, Jepara. dilaksanakan sebagai
puncak peringatan Nisfu Sya’ban (17/7). Baratan adalah arak-arakan simbol Ratu
Kalinyamat diiringi wali kutub.dayang-dayang, para prajurit dengan diterangi
lampu penerang berupa obor, impes atau lampion berpawai dari masjid al-Makmur
desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan finish di pendopo kecamatan
Kalinyamatan.Menurut panitia kegiatan Asyari Muhammad, mengatakan “ tradisi
tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu
Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang.“Jenazah Hadirin, waktu itu,
diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa obor. Sebagai
simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya
dengan pawai,”. Baratan juga merupakan momentum berkumpulnya warga dari penjuru
kabupaten Jepara terutama warga Kalinyamatan. Dari pertemuan itu, akan menuai
keramaiaan luar biasa. Selain itu, Baratan berasal dari kata Bara’atan berarti
: lebaran, melebur atau terbebas (dari kekhilafan) . Kepercayaan bagi
warga Kalinyamatan dengan melakukan tradisi Baratan ” ALLAH akan memberikan
panjang umur, dosa-dosaya di ampuni,dan diberikan lapang rizkinya”,saat
itu kita pun sebentar lagi akan bertemu dengan bulan Ramadan yang akan
datang.pada saat hari peringatan paginya diadakan lomba melukis gambar yang
bertema baratan dan mewarnai bagi anak-anak, pada malamnya sebelum pawai,
peserta shalat Maghrib berjamaah, lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin
sebanyak 3 kali ( yang pertama meminta di ampuni dosanya, kudua minta panjang
umur ( terhindar dari cobaan dan penyakit ), dan ketiga meminta di lapangkan
rizkinya ) kemudian diteruskan dengan bancakan ( syukuran ) , santap bersama,
berupa makanan puli. Puli merupakan makanan yang terbuat dari beras. Agar
rasanya kenyal, beras dicampur dengan bleng. Menurut salah satu versi, Puli
diambil dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti 'maafkanlah aku'. Nishfu
Syakban merupakan momentum menghadapi Ramadan, sehingga hati harus bersih dari
segala dosa. Ritual Baratan diperingati pada tanggal 15 Sya’ban atau Ruwah/
bertepatan dengan malam Nishfu Sya’ban, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan
dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk, maka ritual Baratan ini
dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi diri setelah memohon ampun.
Hal-hal yang perlu ada dalam ritual Baratan ini adalah: Lampu
lampion,lampionnya dapat berupa: Impes yaitu jika berbentuk silinder dan
berkerut, bentuk-bentuk binatang, dan berupa bus, pesawat, ataupun yang lain.
Dalam hal ini makanan puli dan lampu lampion merupakan syarat yang harus ada
dalam ritual Baratan.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT JEPARA
Berikut ini merupakan sejumlah karakteristik masyarakat di kota
jepara yang bersifat umum yang selama ini
masih sering ditemui. Disini
saya akan memaparkan sikap negative yang dimiliki oleh masyarakat kota jepara. Salah
satu karakteristik Masyarakat kota jepara yakni memiliki sifat yang cenderung boros,
konsumtif dan menyukai kemewahan karena memiliki keinginan untuk
membeli barang atau menggunakan jasa yang belum tentu dibutuhkan, secara
berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Sikap boros dan konsumtif tersebut didasari oleh rasa
gengsi yang tinggi dan dengan tujuan untuk pamer. Mereka membeli
bukan karena kebutuhan, tapi didasari keinginan sesaat, sekadar mengikuti
tren atau menjaga gengsi. Masyarakat disana merasa menempati status sosial
tertentu jika memiliki barang tertentu. Disini saya akan memberi contoh pada masyarakat di sekitar
daerah tempat tinggal saya, yakni desa margoyoso kecamatan kalinyamatan
kabupaten jepara. masyarakat di daerah tempat tinggal saya apabila mempunyai
uang langsung dipergunakan untuk merenovasi rumahnya agar kelihatan megah.
Padahal sebenarnya dapat digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
Alasan lain mengapa orang
konsumtif adalah karena orang akan lebih percaya diri bila dari ujung kepala
sampai ujung kaki menggunakan barang yang serba mahal dan up to date.
Mereka tidak ingin dianggap ketinggalan zaman, kuno atau kampungan. Mereka
membutuhkan pengakuan dari masyarakat, yang pada akhirnya membuatnya rela
melakukan apapun asal bisa membeli barang yang didambakan. Rela meski utang
bertumpuk-tumpuk karena menggunakan kartu kredit yang melebihi kapasitas,
toh orang lain juga tidak bakalan tahu.
Tak dapat dipungkiri,
berbagai kemudahan akses teknologi informasi juga turut berperan aktif dalam
tumbuhnya perilaku konsumtif pada masyarakat di kota jepara. masyarakat kota
jepara tergiur dengan Iklan yang semakin gencar di berbagai media. Mall
dan pusat perbelanjaan tak pernah sepi oleh pengunjung. Itulah yang kemudian
mendorong orang masyarakat disana untuk
menjadi konsumtif. Masyarakat di sekitar tempat tinggal saya apabila mempunyai
uang misalnya setelah mendapatkan gaji atau upah langsung digunakan untuk
berbelanja ke mall. ketika berjalan-jalan di mall, entah niat awalnya
memang untuk berbelanja atau sekadar melihat-lihat, saat melewati deretan
toko-toko dengan pajangan yang apik ditambah tawaran diskon yang membuat lapar
mata, mau tidak mau mendorong keinginan mereka untuk membeli. Bagi yang berduit
langsung tinggal membeli saja, namun bagi yang tidak, kartu kredit menjadi
solusinya. Dapat diketahui bahwa yang memenuhi mall di kota kudus seperti
matahari, Ramayana, dan hypermart adalah masyarakat dari kota jepara.
Kemudian salah satu karakteristik
pada masyarakat kota jepara, khususnya di daerah tempat tinggal saya yaitu
mempunyai jiwa wiraswasta yang tinggi. Selain itu juga mempunyai jiwa sosial
yang tinggi. Misalnya dengan memberi santunan kepada anak yatim dan fakir
miskin. Karakteristik masyarakat di daerah tempat tinggal saya juga mudah
bangkit dalam keterpurukan. Misalnya dalam melakukan usaha mengalami kegagalan, mereka berusaha untuk
bangkit dengan membuka usaha baru.
Bahasa yang digunakan dalam
masyarakat kota jepara
Tutur kata yang digunakan dalam masyarakat kota jepara cenderung
menggunakan bahasa ngoko.
Dalam kesehariannya, Masyarakat kota jepara berkomunikasi atau berinteraksi
dengan menggunakan bahasa ngoko. Menurut pengamatan di daerah tempat tinggal
saya, yakni di desa margoyoso kec kalinyamatan kab jepara penggunaan
unggah-ungguh dalam bahasa jawa masih berlaku. masyarakat disana masih menjunjung
tinggi kesopanan dan unggah-ungguh. Misalnya saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua/dituakan. Secara
umum anak-anak di daerah tempat tinggal saya berinteraksi dengan orang tuanya
dengan menggunakan bahasa krama. Sedangkan untuk anak-anak yang seumuran dalam kesehariannya berkomunikasi
dengan bahasa ngoko. Namun demikian, sudah banyak ditemui orang tua yang
mengajarkan anaknya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia sejak
kecil. Biasanya masyarakat yang kesehariannya berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia adalah masyarakat dari kalangan atas yang mampu dalam ekonomi. Bahkan
ada juga yang sudah mengajarkan anaknya sejak dini untuk berkomunikasi dengan
bahasa inggris agar kelak saat dewasa mahir dalam bahasa inggris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar