Pedagang Kaki Lima : Akankah
selalu menjadi BENALU ???
Pedagang Kaki Lima
selalu ada dan mudah ditemui dimana-mana. Keberadaan Pedagang Kaki Lima dapat
diibaratkan seperti gula dan semut,
artinya di mana ada keramaian, disana pasti ada Pedagang Kaki Lima. Di sekitar
kawasan Pasar Johar banyak ditemui Pedagang Kaki Lima yang menempati ruas-ruas
jalan yang bukan diperuntukkan untuk tempat berjualan. Lalu yang menjadi
masalah, apakah Pedagang Kaki Lima akan selalu menjadi benalu ruang kota karena
keberadaannya yang identik dengan kesemrawutan dan gangguan transportasi bagi
pengguna jalan ???
Salah
satu pasar tradisional yang terdapat di kota Semarang yaitu Pasar Johar, yang letaknya
berada di jalan H. Agus Salim. Keberadaan Pasar Johar sebagai wadah atau tempat
berkumpulnya sejumlah penjual dan pembeli dimana terjadi transaksi jual beli barang
berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sembako, pakaian, sayur-mayur,
sepatu, dan masih banyak lagi. Keberadaan
pasar tradisional memberikan andil besar dalam pembangunan struktur ekonomi
perkotaan, tidak terkecuali di Kota Semarang. Pasar Johar berkembang sebagai
suatu kebutuhan primer sebagian besar masyarakat. Akan tetapi eksistensi Pasar
Johar dalam sistem perkotaan selalu
dipandang sebagai benalu ruang kota karena keberadaannya yang identik dengan
kesemrawutan, kondisi yang kumuh, serta gangguan transportasi bagi pengguna
jalan di sekitar kawasan pasar. Hal tersebut disebabkan oleh orang-orang yang menempati
ruang untuk usaha dengan menempati tempat yang seharusnya tidak diperuntukkan
sebagai tempat usaha. Misalnya dengan mendirikan tenda-tenda bagi para Pedagang
Kaki Lima di pinggir-pinggir jalan, parkir liar yang seharusnya bukan tempat
untuk parkir, serta tukang becak yang berjejer di pinggir jalan.
Pasar johar merupakan salah
satu pusat perdagangan yang ada di kota Semarang. Pasar Johar menjadi
alternatif bagi pedagang untuk menjual dagangannya maupun bagi pembeli untuk memenuhi
kebutuhan konsumsinya. Ketika saat pertama
kali saya memasuki kawasan pasar Johar, pandangan yang langsung terlihat oleh
mata yaitu hiruk pikuk orang-orang yang lalu lalang dengan kesibukannya
masing-masing. Terdengar suara para pedagang yang sedang menawarkan
dagangannya. Kawasan Pasar Johar terlihat semrawut dan kumuh karena kondsinya
yang tidak tertata dengan rapi. Parkir sepeda motor terdapat dimana-mana
sehingga membuat pandangan menjadi semrawut. Parkir liar ini menempati
ruang-ruang yang seharusnya bukan diperuntukkan sebagai tempat parkir yakni tepatnya
di pinggir jalan di sekitar kawasan Pasar Johar. Hal tersebut cenderung mangganggu
kelancaran lalu lintas karena keberadaannya yang membuat jalan menjadi sempit
sehingga mengganggu para pengguna jalan. Terlihat juga banyak tukang becak di
sekitar kawasan Pasar Johar. Para tukang becak tersebut berjejer-jejer di
pinggir jalan untuk menunggu penumpang. Banyak juga para pengunjung yang
menggunakan jasa tukang becak tersebut. Keberadaan tukang becak tersebut juga
cenderung mengganggu kelancaran lalu lintas serta membuat kawasan Pasar Johar terlihat
semrawut. Selain terdapat parkir liar serta tukang becak disekitar kawasan Pasar
Johar, juga terdapat banyak sekali orang
yang bekerja sebagai Pedagang kaki Lima. Pedagang Kaki Lima disana menjajakan
dagangannya di pinggiran jalan. Dagangan yang dijual oleh para Pedagang Kaki Lima
disana sangat heretogen atau bermacam-macam jenisnya. Daya tarik utama para
pengunjung di Pasar Johar adalah harga komoditas barang yang diperdagangkan disana
relatif murah, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat dalam kalangan menengah
ke bawah sekalipun.
Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sekitar Pasar
Johar bukan hanya berasal dari kota Semarang saja, tetapi banyak juga yang
berasal dari luar kota. Misalnya saja terdapat pedagang yang berasal dari
Purwodadi dan Demak. Menurut pernyataan dari salah satu pedagang kaki lima yang
berasal dari kota Semarang, rata-rata para Pedagang Kaki Lima yang berada
di kawasan Pasar Johar memulai usaha berjualannya pada pukul 07.00 WIB hingga
tutup pada pukul 18.00 WIB. Pedagang Kaki Lima disana menjajakan dagangan yang sangat
bermacam-macam. Diantaranya yaitu ada pedagang yang berjualan kerudung, kaos
kaki, slayer, mainan anak-anak, ember, berbagai aksesoris, korden, buah-buahan,
baju, celana, ikat pinggang, kaligrafi, tas, dan masih banyak lagi. Mereka
berjualan dengan mendirikan sebuah tenda yang dapat dibongkar pasang. Selain
itu ada juga yang berjualan makanan seperti bakso. Terlihat para pengunjung disana
banyak yang mampir membeli bakso untuk mengisi perut yang lapar setelah
berbelanja di Pasar Johar. Penjual bakso disana juga hanya mendirikan sebuah
tenda yang menempati ruas-ruas jalan. Selain bakso, ada juga yang berjualan
fried chicken. Fried chicken disana tidak sama seperti fried chicken yang ada
di KFC atau tempat elit lainnya karena perbedaannya yang sangat mencolok. Harga
fried chicken yang ada di ruas-ruas jalan kawasan Pasar Johar bisa didapat hanya
dengan lima ribu rupiah saja. Tentunya rasa dan kualitasnya juga berbeda. Mereka
berjualan dengan menggunakan gerobak dorong. Mereka tidak berjualan dengan cara
berkeliling, tetapi menetap atau mangkal di pinggir-pinggir jalan kawasan Pasar
Johar. Kemudian ada juga yang berjualan
aneka gorengan serta aneka macam minuman. Seperti halnya penjual fried chicken,
penjual gorengan dan minuman juga berjualan dengan menggunakan gerobak dorong
yang menetap atau mangkal di ruas-ruas jalan.
Banyak dari para pembeli yang memilih untuk
berbelanja dengan Pedagang kaki Lima yang berada di pinggir-pinggir jalan
sekitar kawasan Pasar Johar. Alasan
mereka lebih memilih untuk berbelanja pada para Pedagang Kaki Lima karena
mereka tidak perlu masuk ke dalam pasar untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut
pembeli yang ada disana yang pada saat itu berbelanja gerabah, ia mengemukakan
bahwa berbelanja pada Pedagang Kaki Lima harganya juga murah dan terjangkau, selain
itu juga tempat berjualannya yang mudah ditemui. Dengan demikian banyak dari para
pengunjung yang lebih memilih untuk berbelanja pada Pedagang Kaki Lima karena harganya
yang terjangkau juga karena keberadaannya yang mudah ditemui di pinggir-pinggir
jalan.
Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata
para pedagang Kaki lima yang menempati ruas-ruas jalan di sekitar kawasan Pasar
Johar menjual dagangannya dengan mematok harga yang kurang lebih sama antara
pedagang yang satu dengan pedagang yang lainnya. Misalnya saja Pedagang kaos kaki
disana, hampir semua dari mereka rata-rata memasang harga sepuluh ribu rupiah
untuk tiga kaos kaki. Disana terlihat interaksi antara penjual dan pembeli. Para
penjual disana melakukan persaingan secara sehat. Mereka berlomba-lomba
menawarkan dagangan mereka agar dagangannya laku terjual. Pola
pelayanan para Pedagang Kaki Lima dengan cara langsung mendasarkan daganganya
sehingga konsumen dapat langsung memilih, menawar dan bertransaksi. .Banyak dari para pembeli yang melakukan tawar
menawar harga dengan penjual disana karena pembeli bebas menawar harga yang
dibuat oleh penjual, tidak seperti di supermarket yang harganya telah
ditentukan. Para pengunjung disana memperoleh kepuasan berbelanja karena
harganya yang relatif murah dan terjangkau. Pada umumnya barang-barang yang didagangkan oleh para Pedagang Kaki Lima memiliki harga
yang relatif terjangkau oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya adalah
masyarakat menengah kebawah yang memiliki daya beli yang rendah.
Sama halnya seperti Pedagang Kaki Lima pada umumnya,
Pedagang Kaki Lima di Pasar Johar identik dengan tempat berjualannya yang memakai
tenda atau bahkan tanpa memakai tenda. Ada juga yang hanya atasnya ditutup oleh
layar untuk melindungi dari terik matahari. Biasanya layar yang digunakan para
Pedagang Kaki Lima disana yaitu layar dari spanduk bekas. Dapat dibayangkan
tempat berjualan para Pedagang Kaki Lima yang atasnya hanya ditutup oleh layar.
Bagaimana saat pagi hari berganti menjadi siang hari saat terik matahari sangat
menyengat. Mereka tidak menghiraukan terik matahari yang panasnya sangat
menyengat, tetapi mereka tetap bersemangat untuk menawarkan dagangannya supaya
laku terjual. Selain itu ada juga yang berjualan dengan menggunakan gerobak
dorong yang menetap atau mangkal di pinggiran jalan. Umumnya
para
Pedagang Kaki Lima di sekitar kawasan Pasar Johar mempekerjakan tenaga kerja yang
tidak banyak. Terlihat jumlah tenaga
kerja dalam tiap satu tempat berdagang rata-rata memperkerjakan tiga orang
pekerja yang kebanyakan berasal dari lingkungan atau kalangan keluarga sendiri. Tetapi ada juga
Pedagang Kaki Lima yang berjualan seorang diri tanpa dibantu oleh orang lain.
Umumnya para Pedagang Kaki Lima yang
berada di kawasan Pasar Johar berada pada kalangan kelas ekonomi menengah
hingga bawah karena keuntungan yang diperoleh dari usaha berdagangnya yang
tidak banyak. Menurut salah satu pedagang disana rata-rata pendapatan mereka
sehari yaitu sekitar lima puluh ribu rupiah, tergantung barang yang
diperdagangkan. Pedagang tersebut juga mengatakan bahwa pernah juga dalam satu
hari berjualan tidak ada yang membeli dagangannya sehingga ia tidak mempunyai
penghasilan. Penyebabnya yaitu saat terjadi hujan terus-menerus sehingga
terjadi rob sehingga pengunjung berkurang.
Pedagang
Kaki Lima merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sektor informal dalam
kegiatan perekonomian kota. Fenomena
penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sering menimbulkan masalah sudah
berlangsung cukup lama sejak merebaknya jenis usaha pada sektor informal. Kebanyakan orang memilih untuk bekerja
sebagai Pedagang Kaki Lima karena modalnya yang kecil. Oleh
karena itu akibat dari banyaknya Pedagang Kaki Lima di sekitar Pasar Johar yang
melakukan aktifitas perdagangan baik untuk dagangan kebutuhan primer maupun kebutuhan
sekunder menempati tempat–tempat yang bukan diperuntukkan bagi lokasi Pedagang
Kaki Lima, yakni menempati ruas-ruas jalan sekitar Pasar Johar. Hal tersebut
yang menjadikan kawasan Pasar Johar menjadi terkesan semrawut dan kelihatan
kumuh karena tidak tertata dengan baik dan rapi. Misalnya saja terdapat
Pedagang Kaki Lima yang berjualan di teras-teras sekitar kawasan Pasar Johar
yang seharusnya merupakan hak bagi para pengguna jalan. Kemudian ada juga yang
berjualan ember di pinggiran jalan. Mereka hanya menata dagangannya secara
memanjang di pinggiran jalan tanpa di tutup oleh layar sekalipun. Tentunya hal
semacam ini sangat mengganggu para pengguna jalan di kawasan Pasar Johar.
Fenomena yang
menjadi masalah dari adanya Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Johar yaitu Keberadaan
para Pedagang Kaki Lima cenderung mengganggu ketertiban umum dan keindahan
kota. Pedagang Kaki Lima tidak ubahnya seperti gula dan semut, artinya di mana ada keramaian, disana pasti
ada Pedagang Kaki Lima. Akibat
dari banyaknya Pedagang Kaki Lima yang berjualan di ruas-ruas jalan, selain
menjadikan kawasan Pasar Johar yang terkesan kumuh dan semrawut karena tidak
tertata dengan baik dan rapi juga mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang
tidak terhindarkan di sekitar kawasan Pasar Johar. Para Pedagang Kaki Lima yang
berada di pinggiran jalan kawasan Pasar Johar telah menyebabkan kemacetan lalu
lintas di jalan H. Agus Salim. Akibatnya jalan lintas kearah Pasar Johar kini
tidak layak lagi dijadikan jalur lalu lintas. Kondisi itu diperparah oleh lalu lalangnya
pengunjung Pasar Johar serta banyaknya tukang becak yang berjejer di pinggir
jalan. Kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan H. Agus Salim atau pintu masuk
Pasar Johar menjadi pemandangan yang hampir setiap hari. Kecepatan kendaraan berkisar
12 km/jam dari keadaan normal bahkan bisa mencapai 20 km/jam. Apalagi kalau
sehabis turun hujan, kemacetan menjadi tambah parah karena kendaraan harus
melintas pelan untuk menghindari lubang-lubang jalan yang digenangi air. Kemacetan
lalulintas juga disebabkan karena kondisi jalan yang sempit akibat adanya
parkir liar. Melihat fenomena tersebut, maka perlu dilakukan sebuah tindakan
untuk para Pedagang Kaki Lima disekitar kawasan pasar Johar yang menempati
ruas-ruas jalan karena telah menyebabkan kemacetan lalu lintas yang luar biasa.
Pasar Johar sekarang ini adalah identik dengan kekumuhan dan kemacetan yang
bertebar di setiap sudut atau ruas jalan ditambah dengan rob yang semakin
meninggi.
Kedudukan dan keberadaan Pasar Tradisional Johar
dijadikan dasar permasalahan lalu-lintas
yang ada di Kota Semarang dan berkembang menjadi suatu fenomena permasalahan dari
keberadaan pasar-pasar tradisional di Kota Semarang. Dalam keberadaannya, Pedagang Kaki Lima disatu sisi dapat menciptakan
lapangan pekerjaan, sedangkan disisi lain keberadaan Pedagang Kaki Lima yang tidak
diperhitungkan dalam perencanaan tata ruang telah menjadi beban bagi kota. Pedagang Kaki Lima beraktivitas
pada ruang-ruang publik kota tanpa mengindahkan kepentingan umum. Keberadaan Pedagang Kaki Lima telah
memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga dapat
menimbulkan tindak kriminal seperti pencopetan karena keberadaannya yang tidak
terkendali mengakibatkan para pejalan kaki berdesak-desakan. Namun
demikian, keberadaan Pedagang Kaki Lima tidak selalu menjadi sebuah benalu. Selain
membawa dampak yang negatif, keberadaan Pedagang Kaki Lima juga membawa dampak
yang positif bagi masyarakat. Keberadaan Pedagang Kaki Lima secara tidak
langsung dapat menekan angka penggangguran tenaga produktif. Banyak orang yang
membuka usaha menjadi Pedagang Kaki Lima
karena modalnya yang kecil. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga menjadi
penolong perekonomian Negara di sektor informal. Apabila terjadi kebangkrutan
dalam usahanya tidak akan mempengaruhi pendapatan dalam negeri karena Pedagang
Kaki Lima dalam usahanya tidak bekecimpung dengan saham tetapi dengan modal
sendiri.
Berdasarkan hasil
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima yang tidak
terkendali dapat mengakibatkan
pejalan kaki berdesak-desakkan, sehingga kemungkinan dapat menimbulkan tindak kriminal seperti pencopetan. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga mengganggu kegiatan
ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur
pengunjung seperti pinggiran jalan dan di depan toko. Kemudian pada
beberapa tempat keberadaan Pedagang Kaki Lima mengganggu para
pengendara kendaraan bermotor dan mengganggu kelancaran lalu lintas. aktivitas pedagang kaki lima di Pasar Johar mempunyai ciri karakteristik yang khas yaitu, karakteristik pedagang
kaki lima yang beragam jenis dagangannya. Proses perpindahan hak
milik barang terjadi setelah penjual dan pembeli mencapai kesepakan harga. Fungsi
Pasar Johar sebagai pasar induk Kota Semarang mengakibatkan ketidakseimbangan
ruang aktivitas dagang pasar tradisional dimana dengan memusatnya aktivitas
perekonomian pada satu pusat perdagangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar