Senin, 16 Desember 2013

Kajian Etnografi

Pedagang Kaki Lima : Akankah selalu menjadi BENALU ???
                  
                        Pedagang Kaki Lima selalu ada dan mudah ditemui dimana-mana. Keberadaan Pedagang Kaki Lima dapat diibaratkan seperti gula dan semut,  artinya di mana ada keramaian, disana pasti ada Pedagang Kaki Lima. Di sekitar kawasan Pasar Johar banyak ditemui Pedagang Kaki Lima yang menempati ruas-ruas jalan yang bukan diperuntukkan untuk tempat berjualan. Lalu yang menjadi masalah, apakah Pedagang Kaki Lima akan selalu menjadi benalu ruang kota karena keberadaannya yang identik dengan kesemrawutan dan gangguan transportasi bagi pengguna jalan ???

Salah satu pasar tradisional yang terdapat di kota Semarang yaitu Pasar Johar, yang letaknya berada di jalan H. Agus Salim. Keberadaan Pasar Johar sebagai wadah atau tempat berkumpulnya sejumlah penjual dan pembeli dimana terjadi transaksi jual beli barang berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sembako, pakaian, sayur-mayur, sepatu, dan masih banyak lagi. Keberadaan pasar tradisional memberikan andil besar dalam pembangunan struktur ekonomi perkotaan, tidak terkecuali di Kota Semarang. Pasar Johar berkembang sebagai suatu kebutuhan primer sebagian besar masyarakat. Akan tetapi eksistensi Pasar Johar dalam  sistem perkotaan selalu dipandang sebagai benalu ruang kota karena keberadaannya yang identik dengan kesemrawutan, kondisi yang kumuh, serta gangguan transportasi bagi pengguna jalan di sekitar kawasan pasar. Hal tersebut disebabkan oleh orang-orang yang menempati ruang untuk usaha dengan menempati tempat yang seharusnya tidak diperuntukkan sebagai tempat usaha. Misalnya dengan mendirikan tenda-tenda bagi para Pedagang Kaki Lima di pinggir-pinggir jalan, parkir liar yang seharusnya bukan tempat untuk parkir, serta tukang becak yang berjejer di pinggir jalan.

Pasar johar merupakan salah satu pusat perdagangan yang ada di kota Semarang. Pasar Johar menjadi alternatif bagi pedagang untuk menjual dagangannya maupun bagi pembeli untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Ketika saat pertama kali saya memasuki kawasan pasar Johar, pandangan yang langsung terlihat oleh mata yaitu hiruk pikuk orang-orang yang lalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Terdengar suara para pedagang yang sedang menawarkan dagangannya. Kawasan Pasar Johar terlihat semrawut dan kumuh karena kondsinya yang tidak tertata dengan rapi. Parkir sepeda motor terdapat dimana-mana sehingga membuat pandangan menjadi semrawut. Parkir liar ini menempati ruang-ruang yang seharusnya bukan diperuntukkan sebagai tempat parkir yakni tepatnya di pinggir jalan di sekitar kawasan Pasar Johar. Hal tersebut cenderung mangganggu kelancaran lalu lintas karena keberadaannya yang membuat jalan menjadi sempit sehingga mengganggu para pengguna jalan. Terlihat juga banyak tukang becak di sekitar kawasan Pasar Johar. Para tukang becak tersebut berjejer-jejer di pinggir jalan untuk menunggu penumpang. Banyak juga para pengunjung yang menggunakan jasa tukang becak tersebut. Keberadaan tukang becak tersebut juga cenderung mengganggu kelancaran lalu lintas serta membuat kawasan Pasar Johar terlihat semrawut. Selain terdapat parkir liar serta tukang becak disekitar kawasan Pasar Johar,  juga terdapat banyak sekali orang yang bekerja sebagai Pedagang kaki Lima. Pedagang Kaki Lima disana menjajakan dagangannya di pinggiran jalan. Dagangan yang dijual oleh para Pedagang Kaki Lima disana sangat heretogen atau bermacam-macam jenisnya. Daya tarik utama para pengunjung di Pasar Johar adalah harga komoditas barang yang diperdagangkan disana relatif murah, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah sekalipun.

Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sekitar Pasar Johar bukan hanya berasal dari kota Semarang saja, tetapi banyak juga yang berasal dari luar kota. Misalnya saja terdapat pedagang yang berasal dari Purwodadi dan Demak. Menurut pernyataan dari salah satu pedagang kaki lima yang berasal dari kota Semarang,   rata-rata para Pedagang Kaki Lima yang berada di kawasan Pasar Johar memulai usaha berjualannya pada pukul 07.00 WIB hingga tutup pada pukul 18.00 WIB. Pedagang Kaki Lima disana menjajakan dagangan yang sangat bermacam-macam. Diantaranya yaitu ada pedagang yang berjualan kerudung, kaos kaki, slayer, mainan anak-anak, ember, berbagai aksesoris, korden, buah-buahan, baju, celana, ikat pinggang, kaligrafi, tas, dan masih banyak lagi. Mereka berjualan dengan mendirikan sebuah tenda yang dapat dibongkar pasang. Selain itu ada juga yang berjualan makanan seperti bakso. Terlihat para pengunjung disana banyak yang mampir membeli bakso untuk mengisi perut yang lapar setelah berbelanja di Pasar Johar. Penjual bakso disana juga hanya mendirikan sebuah tenda yang menempati ruas-ruas jalan. Selain bakso, ada juga yang berjualan fried chicken. Fried chicken disana tidak sama seperti fried chicken yang ada di KFC atau tempat elit lainnya karena perbedaannya yang sangat mencolok. Harga fried chicken yang ada di ruas-ruas jalan kawasan Pasar Johar bisa didapat hanya dengan lima ribu rupiah saja. Tentunya rasa dan kualitasnya juga berbeda. Mereka berjualan dengan menggunakan gerobak dorong. Mereka tidak berjualan dengan cara berkeliling, tetapi menetap atau mangkal di pinggir-pinggir jalan kawasan Pasar Johar. Kemudian  ada juga yang berjualan aneka gorengan serta aneka macam minuman. Seperti halnya penjual fried chicken, penjual gorengan dan minuman juga berjualan dengan menggunakan gerobak dorong yang menetap atau mangkal di ruas-ruas jalan.

Banyak dari para pembeli yang memilih untuk berbelanja dengan Pedagang kaki Lima yang berada di pinggir-pinggir jalan sekitar kawasan Pasar Johar.  Alasan mereka lebih memilih untuk berbelanja pada para Pedagang Kaki Lima karena mereka tidak perlu masuk ke dalam pasar untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut pembeli yang ada disana yang pada saat itu berbelanja gerabah, ia mengemukakan bahwa berbelanja pada Pedagang Kaki Lima harganya juga murah dan terjangkau, selain itu juga tempat berjualannya yang mudah ditemui. Dengan demikian banyak dari para pengunjung yang lebih memilih untuk berbelanja pada Pedagang Kaki Lima karena harganya yang terjangkau juga karena keberadaannya yang mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan.

                        Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata para pedagang Kaki lima yang menempati ruas-ruas jalan di sekitar kawasan Pasar Johar menjual dagangannya dengan mematok harga yang kurang lebih sama antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lainnya. Misalnya saja Pedagang kaos kaki disana, hampir semua dari mereka rata-rata memasang harga sepuluh ribu rupiah untuk tiga kaos kaki. Disana terlihat interaksi antara penjual dan pembeli. Para penjual disana melakukan persaingan secara sehat. Mereka berlomba-lomba menawarkan dagangan mereka agar dagangannya laku terjual. Pola pelayanan para Pedagang Kaki Lima dengan cara langsung mendasarkan daganganya sehingga konsumen dapat langsung memilih,  menawar dan bertransaksi. .Banyak dari para pembeli yang melakukan tawar menawar harga dengan penjual disana karena pembeli bebas menawar harga yang dibuat oleh penjual, tidak seperti di supermarket yang harganya telah ditentukan. Para pengunjung disana memperoleh kepuasan berbelanja karena harganya yang relatif murah dan terjangkau. Pada umumnya barang-barang yang didagangkan oleh para Pedagang Kaki Lima memiliki harga yang relatif terjangkau oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya adalah masyarakat menengah kebawah yang memiliki daya beli yang rendah.

Sama halnya seperti Pedagang Kaki Lima pada umumnya, Pedagang Kaki Lima di Pasar Johar identik dengan tempat berjualannya yang memakai tenda atau bahkan tanpa memakai tenda. Ada juga yang hanya atasnya ditutup oleh layar untuk melindungi dari terik matahari. Biasanya layar yang digunakan para Pedagang Kaki Lima disana yaitu layar dari spanduk bekas. Dapat dibayangkan tempat berjualan para Pedagang Kaki Lima yang atasnya hanya ditutup oleh layar. Bagaimana saat pagi hari berganti menjadi siang hari saat terik matahari sangat menyengat. Mereka tidak menghiraukan terik matahari yang panasnya sangat menyengat, tetapi mereka tetap bersemangat untuk menawarkan dagangannya supaya laku terjual. Selain itu ada juga yang berjualan dengan menggunakan gerobak dorong yang menetap atau mangkal di pinggiran jalan. Umumnya para Pedagang Kaki Lima di sekitar kawasan Pasar Johar mempekerjakan tenaga kerja yang tidak banyak. Terlihat jumlah tenaga kerja dalam tiap satu tempat berdagang rata-rata memperkerjakan tiga orang pekerja yang kebanyakan berasal dari lingkungan atau  kalangan keluarga sendiri. Tetapi ada juga Pedagang Kaki Lima yang berjualan seorang diri tanpa dibantu oleh orang lain. Umumnya para Pedagang Kaki Lima yang berada di kawasan Pasar Johar berada pada kalangan kelas ekonomi menengah hingga bawah karena keuntungan yang diperoleh dari usaha berdagangnya yang tidak banyak. Menurut salah satu pedagang disana rata-rata pendapatan mereka sehari yaitu sekitar lima puluh ribu rupiah, tergantung barang yang diperdagangkan. Pedagang tersebut juga mengatakan bahwa pernah juga dalam satu hari berjualan tidak ada yang membeli dagangannya sehingga ia tidak mempunyai penghasilan. Penyebabnya yaitu saat terjadi hujan terus-menerus sehingga terjadi rob sehingga pengunjung berkurang.

                        Pedagang Kaki Lima merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sektor informal dalam kegiatan perekonomian kota. Fenomena penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sering menimbulkan masalah sudah berlangsung cukup lama sejak merebaknya jenis usaha pada sektor informal. Kebanyakan orang memilih untuk bekerja sebagai Pedagang Kaki Lima karena modalnya yang kecil. Oleh karena itu akibat dari banyaknya Pedagang Kaki Lima di sekitar Pasar Johar yang melakukan aktifitas perdagangan baik untuk dagangan kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder menempati tempat–tempat yang bukan diperuntukkan bagi lokasi Pedagang Kaki Lima, yakni menempati ruas-ruas jalan sekitar Pasar Johar. Hal tersebut yang menjadikan kawasan Pasar Johar menjadi terkesan semrawut dan kelihatan kumuh karena tidak tertata dengan baik dan rapi. Misalnya saja terdapat Pedagang Kaki Lima yang berjualan di teras-teras sekitar kawasan Pasar Johar yang seharusnya merupakan hak bagi para pengguna jalan. Kemudian ada juga yang berjualan ember di pinggiran jalan. Mereka hanya menata dagangannya secara memanjang di pinggiran jalan tanpa di tutup oleh layar sekalipun. Tentunya hal semacam ini sangat mengganggu para pengguna jalan di kawasan Pasar Johar.

Fenomena yang menjadi masalah dari adanya Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Johar yaitu Keberadaan para Pedagang Kaki Lima cenderung mengganggu ketertiban umum dan keindahan kota. Pedagang Kaki Lima tidak ubahnya seperti gula dan semut,  artinya di mana ada keramaian, disana pasti ada Pedagang Kaki Lima.  Akibat dari banyaknya Pedagang Kaki Lima yang berjualan di ruas-ruas jalan, selain menjadikan kawasan Pasar Johar yang terkesan kumuh dan semrawut karena tidak tertata dengan baik dan rapi juga mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang tidak terhindarkan di sekitar kawasan Pasar Johar. Para Pedagang Kaki Lima yang berada di pinggiran jalan kawasan Pasar Johar telah menyebabkan kemacetan lalu lintas di jalan H. Agus Salim. Akibatnya jalan lintas kearah Pasar Johar kini tidak layak lagi dijadikan jalur lalu lintas. Kondisi itu diperparah oleh lalu lalangnya pengunjung Pasar Johar serta banyaknya tukang becak yang berjejer di pinggir jalan. Kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan H. Agus Salim atau pintu masuk Pasar Johar menjadi pemandangan yang hampir setiap hari. Kecepatan kendaraan berkisar 12 km/jam dari keadaan normal bahkan bisa mencapai 20 km/jam. Apalagi kalau sehabis turun hujan, kemacetan menjadi tambah parah karena kendaraan harus melintas pelan untuk menghindari lubang-lubang jalan yang digenangi air. Kemacetan lalulintas juga disebabkan karena kondisi jalan yang sempit akibat adanya parkir liar. Melihat fenomena tersebut, maka perlu dilakukan sebuah tindakan untuk para Pedagang Kaki Lima disekitar kawasan pasar Johar yang menempati ruas-ruas jalan karena telah menyebabkan kemacetan lalu lintas yang luar biasa. Pasar Johar sekarang ini adalah identik dengan kekumuhan dan kemacetan yang bertebar di setiap sudut atau ruas jalan ditambah dengan rob yang semakin meninggi.

                        Kedudukan dan keberadaan Pasar Tradisional Johar dijadikan  dasar permasalahan lalu-lintas yang ada di Kota Semarang dan berkembang menjadi suatu fenomena permasalahan dari keberadaan pasar-pasar tradisional di Kota Semarang.  Dalam keberadaannya, Pedagang Kaki Lima disatu sisi dapat menciptakan lapangan pekerjaan, sedangkan disisi lain keberadaan Pedagang Kaki Lima yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan tata ruang telah menjadi beban bagi kota. Pedagang Kaki Lima beraktivitas pada ruang-ruang publik kota tanpa mengindahkan kepentingan umum. Keberadaan Pedagang Kaki Lima telah memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga dapat menimbulkan tindak kriminal seperti pencopetan karena keberadaannya yang tidak terkendali mengakibatkan para pejalan kaki berdesak-desakan. Namun demikian, keberadaan Pedagang Kaki Lima tidak selalu menjadi sebuah benalu. Selain membawa dampak yang negatif, keberadaan Pedagang Kaki Lima juga membawa dampak yang positif bagi masyarakat. Keberadaan Pedagang Kaki Lima secara tidak langsung dapat menekan angka penggangguran tenaga produktif. Banyak orang yang membuka usaha menjadi  Pedagang Kaki Lima karena modalnya yang kecil. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga menjadi penolong perekonomian Negara di sektor informal. Apabila terjadi kebangkrutan dalam usahanya tidak akan mempengaruhi pendapatan dalam negeri karena Pedagang Kaki Lima dalam usahanya tidak bekecimpung dengan saham tetapi dengan modal sendiri.


Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima yang tidak terkendali dapat mengakibatkan pejalan kaki berdesak-desakkan, sehingga kemungkinan dapat menimbulkan tindak kriminal seperti pencopetan. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga mengganggu kegiatan ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur pengunjung seperti pinggiran jalan dan di depan toko. Kemudian  pada beberapa tempat keberadaan Pedagang Kaki Lima mengganggu para pengendara kendaraan bermotor dan mengganggu kelancaran lalu lintas. aktivitas pedagang kaki lima di Pasar Johar mempunyai ciri karakteristik yang khas yaitu, karakteristik pedagang kaki lima yang beragam jenis dagangannya. Proses perpindahan hak milik barang terjadi setelah penjual dan pembeli mencapai kesepakan harga. Fungsi Pasar Johar sebagai pasar induk Kota Semarang mengakibatkan ketidakseimbangan ruang aktivitas dagang pasar tradisional dimana dengan memusatnya aktivitas perekonomian pada satu pusat perdagangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar