Senin, 16 Desember 2013

Kota Jepara

TENTANG KOTA JEPARA                    
Kota Jepara merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam wilayah propinsi Jawa Tengah, terletak di wilayah pantai utara pulau Jawa. Kota Jepara termasuk dalam distribusi wilayah pesisir karena terletak di sepanjang daerah pantai utara pulau Jawa. Kota Jepara termasuk dalam kategori daerah pesisiran timur. Pada jaman Islam, Jepara pernah tampil menjadi kota pelabuhan dan perdagangan yang sangat terkenal. Kemashuran itu dicapai terutama ketika Jepara sebagai kota pelabuhan dan kerajaan maritim yang diperintah oleh Ratu Kalinyamat. Sesuai dengan letak geografisnya sebagai kota pelabuhan, Jepara menempati suatu titik yang menghubungkan dunia daratan dan dunia lautan. Dunia daratan adalah daerah-daerah yang terletak di belakang kota pelabuhan, yaitu daerah-daerah penyangga (hinterland) seperti Juana, Kudus, Pati, Welahan, sampai lebih ke dalam lagi seperti Purwodadi/Grobogan dan sebagainya. Sementara dunia laut adalah jalur perdagangan dan pelayaran dengan darah-daerah di sekitarnya atau daerah seberang laut. Secara administratif, Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, yaitu Kecamatan Bangsri, Batealit, Donorojo, Jepara, Kalinyamatan, Karimunjawa, Kedung, Keling, Kembang, Mayong, Mlonggo, Nalumsari, Pakis Aji, Pecangan, Tahunan, dan Welahan.
# Kesenian jepara
Salah satu kesenian yang terdapat di kota jepara adalah ukiran. Seni ukir Jepara sudah terkenal diberbagai kalangan. Banyaknya perusahaan mabel yang ada di Kota KARTINI tersebut menandakan bahwa nilai jual atau minat masyarakat yang begitu tinggi terhadap kerajinan ukir khas Jepara. Sejarah dan tradisi yang berkesinambungan menunjukan hubungan antara nilai Artistik dan Sejarah yang terkandung dalam setiap ukiran tersebut, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Indikasi-geografis tersebut.

Letak geografis Kota Jepara yang berdekatan dengan laut dan pelabuhan merupakan indikasi geografis tentang penyebaran Ukiran jepara. Dimulai pada zaman kerajaan Majapahit sampai masuknya budaya china, eropa merupakan transformasi perkembangan gaya ukiran Jepara pada saat ini. Indikasi ini bisa dibuktikan dengan motif ukiran di pintu bangunan zaman dulu seperti pada pintu masjid Mantingan dan ukiran pada pintu Bledek di masjid Demak yang usianya sudah Berabad-abad.

            Motif Ukiran Jepara mempunyai ciri khas dibandingkan dengan ukiran daerah lain. Salah satu ciri khas yang terkandung didalamnya adalah bentuk corak dan motif. Untuk motif bisa kita lihat dari : Daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat dari yang keluar daritangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya. Ukian asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dimana daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.Dan juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun.Selain itu,tangkai relungnya memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah. Berbagai penjelasan diatas sudah menunjukkan sejarah ukiran Jepara yang mana nilai Sejarah dan Artistiknya sekarang sudah menjadi seni yang menunjukkan identitas kota jepara sebagai kota penghasil seni Ukir. Hasil karya ukiran dari kota pesisir ini telah tersebar di seantero dunia. Banyak wisatawan manca negara yang datang ke Indonesia dan menjadikan kota jepara sebagai salah satu tujuannya dan membeli hasil kerajinan seni ukir sebagai cendera mata.

            selain ukiran itu sendiri kota jepara juga mempunyai kerajinan kain troso yang berletak di desa troso pecangaan jepara, juga ayaman rotan dan enceng gondok yang terdapat di desa welahan kecamatan welahan. Dan kerajinan monel yang terletak di daerah kriyan kecamatan kalinyamatan.

# TRADISI BARATAN

Pawai Baratan digelar di desa Kriyan, Kalinyamatan, Jepara. dilaksanakan sebagai puncak peringatan Nisfu Sya’ban (17/7). Baratan adalah arak-arakan simbol Ratu Kalinyamat diiringi wali kutub.dayang-dayang, para prajurit dengan diterangi lampu penerang berupa obor, impes atau lampion berpawai dari masjid al-Makmur desa Kriyan, kecamatan Kalinyamatan dan finish di pendopo kecamatan Kalinyamatan.Menurut panitia kegiatan Asyari Muhammad, mengatakan “ tradisi tersebut merujuk pada peristiwa pembunuhan Sultan Hadirin, suami Ratu Kalinyamat, yang dilakukan oleh Arya Penangsang.“Jenazah Hadirin, waktu itu, diboyong pada malam hari maka butuh sebuah lampu penerang berupa obor. Sebagai simbolisasi peristiwa tersebut setiap 15 Syakban masyarakat memperingatinya dengan pawai,”. Baratan juga merupakan momentum berkumpulnya warga dari penjuru kabupaten Jepara terutama warga Kalinyamatan. Dari pertemuan itu, akan menuai keramaiaan luar biasa. Selain itu, Baratan berasal dari kata Bara’atan berarti : lebaran, melebur atau terbebas (dari kekhilafan)  . Kepercayaan bagi warga Kalinyamatan dengan melakukan tradisi Baratan ” ALLAH akan memberikan panjang umur, dosa-dosaya di ampuni,dan diberikan lapang  rizkinya”,saat itu  kita pun sebentar lagi akan bertemu dengan bulan Ramadan yang akan datang.pada saat hari peringatan paginya diadakan lomba melukis gambar yang bertema baratan dan mewarnai bagi anak-anak,  pada malamnya sebelum pawai, peserta shalat Maghrib berjamaah, lalu dilanjutkan pembacaan surat Yasin sebanyak 3 kali ( yang pertama meminta di ampuni dosanya, kudua minta panjang umur ( terhindar dari cobaan dan penyakit ), dan ketiga meminta di lapangkan rizkinya ) kemudian diteruskan dengan bancakan ( syukuran ) , santap bersama, berupa makanan puli. Puli merupakan makanan yang terbuat dari beras. Agar rasanya kenyal, beras dicampur dengan bleng. Menurut salah satu versi, Puli diambil dari bahasa Arab Afwu lii, yang berarti 'maafkanlah aku'. Nishfu Syakban merupakan momentum menghadapi Ramadan, sehingga hati harus bersih dari segala dosa. Ritual Baratan diperingati pada tanggal 15 Sya’ban atau Ruwah/ bertepatan dengan malam Nishfu Sya’ban, karena malam Nishfu Sya’ban berkaitan dengan pergantian buku catatan amal baik dan buruk, maka ritual Baratan ini dapat pula dikatakan sebagai ajang evaluasi diri  setelah memohon ampun. Hal-hal yang perlu ada dalam ritual Baratan ini adalah: Lampu lampion,lampionnya dapat berupa: Impes yaitu jika berbentuk silinder dan berkerut, bentuk-bentuk binatang, dan berupa bus, pesawat, ataupun yang lain. Dalam hal ini makanan puli dan lampu lampion merupakan syarat yang harus ada dalam ritual Baratan.

KARAKTERISTIK MASYARAKAT JEPARA

Berikut ini merupakan sejumlah karakteristik masyarakat di kota jepara yang bersifat umum yang selama ini masih sering ditemui. Disini saya akan memaparkan sikap negative yang dimiliki oleh masyarakat kota jepara. Salah satu karakteristik Masyarakat kota jepara yakni memiliki sifat yang cenderung boros, konsumtif dan menyukai kemewahan karena memiliki keinginan untuk membeli barang atau menggunakan jasa yang belum tentu dibutuhkan, secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal. Sikap boros dan konsumtif tersebut didasari oleh rasa gengsi yang tinggi dan dengan tujuan untuk pamer. Mereka membeli bukan karena kebutuhan, tapi didasari keinginan  sesaat, sekadar mengikuti tren atau menjaga gengsi. Masyarakat disana merasa menempati status sosial tertentu jika memiliki barang tertentu. Disini saya akan memberi contoh pada masyarakat di sekitar daerah tempat tinggal saya, yakni desa margoyoso kecamatan kalinyamatan kabupaten jepara. masyarakat di daerah tempat tinggal saya apabila mempunyai uang langsung dipergunakan untuk merenovasi rumahnya agar kelihatan megah. Padahal sebenarnya dapat digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat.
Alasan lain mengapa orang konsumtif adalah karena orang akan lebih percaya diri bila dari ujung kepala sampai ujung kaki menggunakan barang yang serba mahal dan up to date. Mereka tidak ingin dianggap ketinggalan zaman, kuno atau kampungan. Mereka membutuhkan pengakuan dari masyarakat, yang pada akhirnya membuatnya rela melakukan apapun asal bisa membeli barang yang didambakan. Rela meski utang bertumpuk-tumpuk karena menggunakan kartu kredit yang melebihi kapasitas, toh orang lain juga tidak bakalan tahu.
Tak dapat dipungkiri, berbagai kemudahan akses teknologi informasi juga turut berperan aktif dalam tumbuhnya perilaku konsumtif pada masyarakat di kota jepara. masyarakat kota jepara tergiur dengan Iklan yang semakin gencar di berbagai media. Mall dan pusat perbelanjaan tak pernah sepi oleh pengunjung. Itulah yang kemudian mendorong orang  masyarakat disana untuk menjadi konsumtif. Masyarakat di sekitar tempat tinggal saya apabila mempunyai uang misalnya setelah mendapatkan gaji atau upah langsung digunakan untuk berbelanja ke mall. ketika berjalan-jalan di mall, entah niat awalnya memang untuk berbelanja atau sekadar melihat-lihat, saat melewati deretan toko-toko dengan pajangan yang apik ditambah tawaran diskon yang membuat lapar mata, mau tidak mau mendorong keinginan mereka untuk membeli. Bagi yang berduit langsung tinggal membeli saja, namun bagi yang tidak, kartu kredit menjadi solusinya. Dapat diketahui bahwa yang memenuhi mall di kota kudus seperti matahari, Ramayana, dan hypermart adalah masyarakat dari kota jepara.
           
Kemudian salah satu karakteristik pada masyarakat kota jepara, khususnya di daerah tempat tinggal saya yaitu mempunyai jiwa wiraswasta yang tinggi. Selain itu juga mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Misalnya dengan memberi santunan kepada anak yatim dan fakir miskin. Karakteristik masyarakat di daerah tempat tinggal saya juga mudah bangkit dalam keterpurukan. Misalnya dalam melakukan usaha  mengalami kegagalan, mereka berusaha untuk bangkit dengan membuka usaha baru.

Bahasa yang digunakan dalam masyarakat kota jepara

Tutur kata yang digunakan dalam masyarakat kota jepara cenderung menggunakan bahasa ngoko. Dalam kesehariannya, Masyarakat kota jepara berkomunikasi atau berinteraksi dengan menggunakan bahasa ngoko. Menurut pengamatan di daerah tempat tinggal saya, yakni di desa margoyoso kec kalinyamatan kab jepara penggunaan unggah-ungguh dalam bahasa jawa masih berlaku. masyarakat disana masih menjunjung tinggi kesopanan dan unggah-ungguh. Misalnya saat berinteraksi dengan orang yang lebih tua/dituakan. Secara umum anak-anak di daerah tempat tinggal saya berinteraksi dengan orang tuanya dengan menggunakan bahasa krama. Sedangkan untuk anak-anak yang seumuran dalam kesehariannya berkomunikasi dengan bahasa ngoko. Namun demikian, sudah banyak ditemui orang tua yang mengajarkan anaknya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia sejak kecil. Biasanya masyarakat yang kesehariannya berkomunikasi dengan bahasa Indonesia adalah masyarakat dari kalangan atas yang mampu dalam ekonomi. Bahkan ada juga yang sudah mengajarkan anaknya sejak dini untuk berkomunikasi dengan bahasa inggris agar kelak saat dewasa mahir dalam bahasa inggris.  




Teori Sosiologi Klasik


PEMILIHAN JURUSAN KULIAH SEBAGAI TINDAKAN RASIONAL INSTRUMENTAL

SINOPSIS :
Saya mempunyai salah seorang saudara yang bernama Dinda. Saat duduk dikelas 3 SMA, Dinda sempat bingung ingin melanjutkan kuliah atau bekerja. Setelah dia berpikir matang-matang dan menimbang-nimbang segala sesuatunya, Dinda akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Kemudian Dinda mempunyai dua pilihan jurusan kuliah yang akan dia ambil , yaitu Pisikolog atau akuntansi. Lalu Dinda memilih untuk mengambil jurusan akuntansi dengan beberapa pertimbangan yang matang. Selain orang tuanya yang lebih mendukung Dinda untuk mengambil jurusan akuntansi, juga disebabkan karena pada dasarnya ia juga menyukai proses akuntansi. Ia mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang akuntan. Setelah Dinda sudah menetapkan akan mengambil jurusan ekonomi akuntansi, ia mencari informasi secara detail mengenai jurusan yang akan diambilnya. Ia mencari informasi dari internet dan senior-senior tentang perguruan tinggi yang dikenal bagus dalam bidang akuntansi. Akhirnya Dinda memilih untuk melanjutkan kuliah di gunadarma karena menurutnya gunadarma memiliki jaringan atau kerjasama dengan Perusahaan Akuntansi. Adapun harapan dinda kedepan yaitu Lulus dengan IP yang memuaskan, mencari pengalaman kerja di sebuah perusahaan, dan akhirnya menjadi akuntan. Dinda berharap kelak ia akan menjadi seorang akuntan seperti yang ia cita-citakan.  

ANALISIS :
Tidak semua tindakan dapat dinyatakan sebagai tindakan sosial. Suatu tindakan baru dinyatakan sebagai tindakan sosial apabila subjeknya dihubungkan dengan individu-individu lain. Oleh karena itu, tindakan sosial merupakan kenyataan sosial yang paling mendasar sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan lainnya. Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-indiviu lainnya di dalam suatu masyarakat.

Rasionalitas merupakan konsep dasar yang digunakan oleh weber dalam klasifikasinya mengenai tipe – tipe tindakan sosial. Tindakan rasional menurut weber adalah hubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber membedakan tindakan rasionalitas social ke dalam empat tipe, yakni :
a)                  Tindakan Rasional Instrumental ( Zwerkrational )
Yaitu suatu tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan.Tindakan ini pada dasarnya adalah tindakan yang didasari oleh pertimbangan akal pikir untuk mewujudkan suatu kehendak atau cita-cita seseorang.
b)                  Tindakan Rasional Berorientasi Nilai ( Werktrational )
Yaitu tindakan-tindakan yang berkaitan dengan nilai dasar dalam masyarakat,yang mana pada tindakan ini manusia untuk memproyeksikan kehidupanya dalam kepentingan akhirat sehingga sering kali merupakan tindakan-tindakan yang sangat kuat untuk dilakukan.
c)                  Tindakan Tadisional ( Traditional Action )
Yaitu tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan rasional atau merupakan suatu tindakan menuruti tradisi yang telah mengakar kuat di dalam masyarakat.
d)                 Tindakan Afektif ( Affectional Action )
Yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan oleh seseorang / kelompok orang berdasarkan perasaan atau emosi.
Dari sinopsis yang tertera diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa tindakan sosial tersebut termasuk dalam Tindakan Rasional Instrumental. Mengapa demikan karena tindakan tersebut dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan. Tindakan ini pada dasarnya adalah tindakan yang didasari oleh pertimbangan akal pikir untuk mewujudkan suatu kehendak atau cita-cita seseorang.  
Saat masih duduk di kelas 3 SMA dulu, Dinda sempat bingung ingin melanjutkan kuliah atau bekerja. Dinda dihantui rasa bimbang karena kedua pilihan itu yang akan menentukan masa depannya nanti. Sesaat setelah pengumuman hasil kelulusan Ujian Nasional usai, Dinda dihadapkan pada dua pilihan yang membuat ia sempat bingung. Hal tersebut disebabkan karena di sekolahnya banyak sekali tawaran kerja yang menggiurkan. Apalagi berbagai tawaran kerja dengan gaji yang tidak sedikit dapat membuat dia terbuai seketika. Selain itu ditambah lagi teman-temannya juga banyak yang memilih untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Dinda pun pada awalnya setelah lulus SMA ingin bekerja terlebih dahulu karena dia ingin mencari pengalaman.
Dinda memang harus memilih salah satu diantara kedua pilihan itu, yakni bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Setelah berdiskusi dengan orang tuanya, mereka menyarankan Dinda untuk langsung melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. Alasan orang tuanya menyarankan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi karena menurutnya apabila kita sudah mempunyai gelar dan pengetahuan kita juga bertambah, maka pekerjaan akan kita dapatkan dengan mudah dan tentu saja dengan upah yang lebih besar bila dibandingkan dengan seseorang yang hanya lulusan SMA saja. Setelah berpikir matang-matang dan menimbang-nimbang segala sesuatunya, Dinda akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Setelah Dinda memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, ia dilanda rasa kebingungan lagi karena dihadapkan pada dua pilihan mengenai jurusan yang akan dia ambil nantinya. Hal itu disebabkan karena keberhasilan dan kesuksesan di masa mendatang ada nilai sumbangsihnya dengan ketepatan dalam memilih jurusan kuliah. Memilih jurusan kuliah bukan urusan yang mudah dan bukan merupakan persoalan yang sepele. Dinda tidak ingin salah dalam memilih jurusan kuliah karena hal itu akan berdampak atau beresiko bagi masa depannya kelak. Untuk mengantisipasi hal itu, Dinda memperhitungkan dan memikirkan dengan masak-masak mengenai jurusan yang akan dia ambil. Untuk mengantisipasi hal itu, Dinda tidak ingin memilih jurusan secara tergesa-gesa tanpa memperhitungkan segala aspek karena akan berakibat fatal. Oleh karena itu diharapkan jangan sampai salah dalam memilih jurusan serta hanya asal ikut-ikutan teman saja tanpa mempertimbangkan segala halnya dengan matang karena dapat berakibat fatal.
Dinda mempunyai dua pilihan jurusan kuliah yang akan dia ambil , yaitu Pisikolog atau akuntansi. Memang tak dapat dipungkiri bahwa untuk memilih suatu jurusan dibutuhkan pertimbangan yang matang serta kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri. Setelah dia berkonsultasi dengan orang tua, mereka lebih menyarankan Dinda untuk mengambil jurusan akuntansi. Mengapa orang tuanya ingin Dinda mengambil jurusan akuntansi, karena menurut mereka akuntansi merupakan bidang yang cocok bagi perempuan. Orang tuanya juga berpendapat bahwa psikologi tidak akan menjamin dimasa yang akan datang. Selain itu, alasan orang tuanya agar Dinda masuk dalam jurusan akuntansi juga karena menurut orang tuanya lebih terbuka lebar peluang lapangan kerja bagi lulusan tersebut.
Terdapat juga beberapa alasan yang mendasari Dinda untuk memilih jurusan akuntansi. Selain orang tuanya yang lebih mendukung Dinda untuk mengambil jurusan akuntansi, juga disebabkan karena pada dasarnya ia juga menyukai proses akuntansi. Proses akuntansi yang dimulai dari pencatatan sederhana sampai dengan pembuatan laporan laba rugi, jurnal penutup, dan lain sebagainya. Proses yang saling sambung menyambung dan kait-mengkait inilah yang membuatnya tertarik dengan akuntansi. Kemudian alasan lainnya yang membuat Dinda menetapkan pilihan untuk masuk dalam jurusan akuntansi yaitu adanya fakta bahwa hidup manusia itu tidak lepas dari faktor ekonomi, sehingga baginya tidak ada salahnya untuk menambah pengetahuan dalam bidang ini, lebih tepatnya bidang akuntansi. Dinda juga mempunyai cita-cita kelak ia akan menjadi seorang akuntan di perusahaan. Akhirnya Dinda mengambil keputusan untuk memilih jurusan akuntansi.
Setelah ia sudah menetapkan akan mengambil jurusan ekonomi akuntansi, ia mencari informasi secara detail mengenai jurusan yang akan diambilnya. Ia mencari informasi dari internet dan senior-senior tentang perguruan tinggi yang dikenal bagus dalam bidang akuntansi. Namun untuk bidang ekonomi akuntansi hanya terdapat beberapa perguruan tinggi yang mempunyai akreditasi baik dan memiliki jalinan dengan perusahaan akuntansi publik besar yang ada di Indonesia. Hingga akhirnya Dinda mempunyai dua pilihan perguruan tinggi swasta yaitu Universitas Gunadarma dan Universitas Pembangunan Nasional (veteran).
Sebenarnya orang tua Dinda lebih menganjurkan masuk veteran karena khusus ekonomi dan uang masuk kuliah (SPP) lebih ringan. Tetapi ternyata Universitas Gunadarma lebih dikenal oleh banyak orang dan terpandang oleh perusahaan. Selain itu, Universitas Gunadarma merupakan perguruan tinggi swasta peringkat satu di Indonesia. Hal tersebut yang membuat Dinda akhirnya memilih untuk melanjutkan kuliah di Universitas Gunadarma karena Universitas Gunadarma memiliki jaringan atau kerjasama dengan Perusahaan Akuntansi. Menurut informasi yang ia dapatkan, dosen-dosen yang mengajar di Universitas Gunadarma adalah dosen-dosen yang sudah cukup lama bekerja tentu mereka memiliki pengalaman yang lebih baik untuk memberikan ilmu kepada mahasiswanya dengan materi perkuliahan yang selalu mengikuti perkembangan dunia kerja.

Alasan lain mengapa Dinda memutuskan untuk mengambil jurusan Akuntansi di Universitas Gunadarma dikarenakan menurut informasi yang ia dapatkan, jurusan Akuntansi memiliki kesempatan yang luas untuk diterima bekerja di perusahaan seperti: perusahaan pabrikasi, jasa, atau perdagangan, kemudian memiliki peluang untuk menjadi akuntan serta membuka kantor sendiri seperti kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Manajemen, IT Auditor, dan Kantor Konsultan Pajak. Di samping itu, dia juga memperoleh informasi bahwa organisasi di Universitas Gunadarma banyak mengadakan kegiatan yang bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan akuntansi terkemuka yang ada di Indonesia sehingga memunculkan peluang bagi mahasiswa gunadarma untuk mengenal perusahaan-perusahaan tersebut sebelum terjun ke dunia kerja dan mendapat pehatian khusus dari pemimpin perusahaan dalam merekrut pekerja.

            Setelah memutuskan untuk melanjutkan study di Universitas Gunadarma, akhirnya Dinda mencoba mendaftar. Pada saat itu Dinda ditemani oleh ibunya. Dinda diberi penjelasan bagaimana mengisi formulir, mengenai jurusan-jurusan alternatif, mengenai prospek jurusan tersebut, dan masih banyak lagi. Dinda memutuskan untuk memilih fakultas ekonomi, jurusan akuntansi. Dan akhirnya pengumuman yang lulus seleksi pun tiba. Dinda melihat hasil pengumuman dan ternyata ia diterima di fakultas ekonomi jurusan akuntansi. Ia sangat bangga bisa diterima di Universitas Gunadarma karena Universitas Gunadarma masuk dalam 10 besar Universitas terbaik di Indonesia karena memiliki sarana pendidikan yang berstandar Internasional dan mengutamakan pengetahuan IT yang sangat berperan penting untuk memajukan kinerja dan kualitas kerja manusia.

Tindakan rasionalitas instrumental meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar akan berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya. Masa kuliah adalah masa dewasa dini yang telah memikirkan masa depan, nilai bagus, dan lulus tepat waktu. Hal ini ditandai dengan adanya semangat bersaing dan hasrat yang kuat untuk maju dalam karir. Tidak seperti pada saat SMA yang masih kental dengan aroma persahabatan kuat. Oleh sebab itu, Dinda menggunakan kesempatan waktu dengan sebaik-baiknya. Ia semaksimal mungkin menggunakan waktu luangnya untuk hal yang bermanfaat. Selain itu dia juga mengikuti kegiatan kuliah dengan  sungguh-sungguh dengan harapan ia bisa lulus tepat waktu dengan IP yang memuaskan. Keinginan Dinda setelah lulus kuliah nanti yaitu agar tetap pada tujuan awalnya. Ia ingin mencari pengalaman kerja di sebuah perusahaan, dan ingin menjadi seorang Akuntan agar dapat membahagiakan orang tuanya. Menurutnya mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun, mungkin juga akan banyak bertanya, banyak berlatih, dan banyak salah. Namun kalau tidak pernah menyerah dan selalu optimis, pasti akan tercapai juga semua  keinginan dan cita-cita Dinda. Tentu saja semua tujuan dan cita-cita itu perlu adanya kerjasama antara dosen dan teman-teman untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman yang baik, serta di butuhkan usaha yang keras, dukungan orang tua dan tentu saja do’a untuk mendapatkan ridha Allah swt.
            Setiap individu selalu memiliki tujuan yang beragam dari setiap hal yang diinginkan, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk memilih suatu pilihan yang dibuat atas dasar alat yang mencerminkan suatu pertimbangan individu secara matang agar tujuannya bias tercapai. Dari cerita pengalaman saudara saya yang bernama Dinda tersebut, yang mendasari saya untuk menyimpulkan bahwa tindakan sosial yang dilakukannya termasuk dalam Tindakan Rasional Instrumental atau yang disebut dengan Zwerkrational. Seperti yang kita ketahui bahwa Tindakan Rasional Instrumental merupakan tindakan yang dikerjakan dengan memperhitungkan keadaan yang akan dihadapi sebagai cara dan tujuannya. Tindakan yang dilakukan oleh Dinda dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan. Selain itu tindakannya juga didasari oleh pertimbangan akal pikir yang matang untuk mewujudkan suatu kehendak atau cita-cita agar dapat tercapai nantinya.



Kajian Etnografi

Pedagang Kaki Lima : Akankah selalu menjadi BENALU ???
                  
                        Pedagang Kaki Lima selalu ada dan mudah ditemui dimana-mana. Keberadaan Pedagang Kaki Lima dapat diibaratkan seperti gula dan semut,  artinya di mana ada keramaian, disana pasti ada Pedagang Kaki Lima. Di sekitar kawasan Pasar Johar banyak ditemui Pedagang Kaki Lima yang menempati ruas-ruas jalan yang bukan diperuntukkan untuk tempat berjualan. Lalu yang menjadi masalah, apakah Pedagang Kaki Lima akan selalu menjadi benalu ruang kota karena keberadaannya yang identik dengan kesemrawutan dan gangguan transportasi bagi pengguna jalan ???

Salah satu pasar tradisional yang terdapat di kota Semarang yaitu Pasar Johar, yang letaknya berada di jalan H. Agus Salim. Keberadaan Pasar Johar sebagai wadah atau tempat berkumpulnya sejumlah penjual dan pembeli dimana terjadi transaksi jual beli barang berbagai kebutuhan hidup sehari-hari seperti sembako, pakaian, sayur-mayur, sepatu, dan masih banyak lagi. Keberadaan pasar tradisional memberikan andil besar dalam pembangunan struktur ekonomi perkotaan, tidak terkecuali di Kota Semarang. Pasar Johar berkembang sebagai suatu kebutuhan primer sebagian besar masyarakat. Akan tetapi eksistensi Pasar Johar dalam  sistem perkotaan selalu dipandang sebagai benalu ruang kota karena keberadaannya yang identik dengan kesemrawutan, kondisi yang kumuh, serta gangguan transportasi bagi pengguna jalan di sekitar kawasan pasar. Hal tersebut disebabkan oleh orang-orang yang menempati ruang untuk usaha dengan menempati tempat yang seharusnya tidak diperuntukkan sebagai tempat usaha. Misalnya dengan mendirikan tenda-tenda bagi para Pedagang Kaki Lima di pinggir-pinggir jalan, parkir liar yang seharusnya bukan tempat untuk parkir, serta tukang becak yang berjejer di pinggir jalan.

Pasar johar merupakan salah satu pusat perdagangan yang ada di kota Semarang. Pasar Johar menjadi alternatif bagi pedagang untuk menjual dagangannya maupun bagi pembeli untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Ketika saat pertama kali saya memasuki kawasan pasar Johar, pandangan yang langsung terlihat oleh mata yaitu hiruk pikuk orang-orang yang lalu lalang dengan kesibukannya masing-masing. Terdengar suara para pedagang yang sedang menawarkan dagangannya. Kawasan Pasar Johar terlihat semrawut dan kumuh karena kondsinya yang tidak tertata dengan rapi. Parkir sepeda motor terdapat dimana-mana sehingga membuat pandangan menjadi semrawut. Parkir liar ini menempati ruang-ruang yang seharusnya bukan diperuntukkan sebagai tempat parkir yakni tepatnya di pinggir jalan di sekitar kawasan Pasar Johar. Hal tersebut cenderung mangganggu kelancaran lalu lintas karena keberadaannya yang membuat jalan menjadi sempit sehingga mengganggu para pengguna jalan. Terlihat juga banyak tukang becak di sekitar kawasan Pasar Johar. Para tukang becak tersebut berjejer-jejer di pinggir jalan untuk menunggu penumpang. Banyak juga para pengunjung yang menggunakan jasa tukang becak tersebut. Keberadaan tukang becak tersebut juga cenderung mengganggu kelancaran lalu lintas serta membuat kawasan Pasar Johar terlihat semrawut. Selain terdapat parkir liar serta tukang becak disekitar kawasan Pasar Johar,  juga terdapat banyak sekali orang yang bekerja sebagai Pedagang kaki Lima. Pedagang Kaki Lima disana menjajakan dagangannya di pinggiran jalan. Dagangan yang dijual oleh para Pedagang Kaki Lima disana sangat heretogen atau bermacam-macam jenisnya. Daya tarik utama para pengunjung di Pasar Johar adalah harga komoditas barang yang diperdagangkan disana relatif murah, sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat dalam kalangan menengah ke bawah sekalipun.

Pedagang Kaki Lima yang berjualan di sekitar Pasar Johar bukan hanya berasal dari kota Semarang saja, tetapi banyak juga yang berasal dari luar kota. Misalnya saja terdapat pedagang yang berasal dari Purwodadi dan Demak. Menurut pernyataan dari salah satu pedagang kaki lima yang berasal dari kota Semarang,   rata-rata para Pedagang Kaki Lima yang berada di kawasan Pasar Johar memulai usaha berjualannya pada pukul 07.00 WIB hingga tutup pada pukul 18.00 WIB. Pedagang Kaki Lima disana menjajakan dagangan yang sangat bermacam-macam. Diantaranya yaitu ada pedagang yang berjualan kerudung, kaos kaki, slayer, mainan anak-anak, ember, berbagai aksesoris, korden, buah-buahan, baju, celana, ikat pinggang, kaligrafi, tas, dan masih banyak lagi. Mereka berjualan dengan mendirikan sebuah tenda yang dapat dibongkar pasang. Selain itu ada juga yang berjualan makanan seperti bakso. Terlihat para pengunjung disana banyak yang mampir membeli bakso untuk mengisi perut yang lapar setelah berbelanja di Pasar Johar. Penjual bakso disana juga hanya mendirikan sebuah tenda yang menempati ruas-ruas jalan. Selain bakso, ada juga yang berjualan fried chicken. Fried chicken disana tidak sama seperti fried chicken yang ada di KFC atau tempat elit lainnya karena perbedaannya yang sangat mencolok. Harga fried chicken yang ada di ruas-ruas jalan kawasan Pasar Johar bisa didapat hanya dengan lima ribu rupiah saja. Tentunya rasa dan kualitasnya juga berbeda. Mereka berjualan dengan menggunakan gerobak dorong. Mereka tidak berjualan dengan cara berkeliling, tetapi menetap atau mangkal di pinggir-pinggir jalan kawasan Pasar Johar. Kemudian  ada juga yang berjualan aneka gorengan serta aneka macam minuman. Seperti halnya penjual fried chicken, penjual gorengan dan minuman juga berjualan dengan menggunakan gerobak dorong yang menetap atau mangkal di ruas-ruas jalan.

Banyak dari para pembeli yang memilih untuk berbelanja dengan Pedagang kaki Lima yang berada di pinggir-pinggir jalan sekitar kawasan Pasar Johar.  Alasan mereka lebih memilih untuk berbelanja pada para Pedagang Kaki Lima karena mereka tidak perlu masuk ke dalam pasar untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut pembeli yang ada disana yang pada saat itu berbelanja gerabah, ia mengemukakan bahwa berbelanja pada Pedagang Kaki Lima harganya juga murah dan terjangkau, selain itu juga tempat berjualannya yang mudah ditemui. Dengan demikian banyak dari para pengunjung yang lebih memilih untuk berbelanja pada Pedagang Kaki Lima karena harganya yang terjangkau juga karena keberadaannya yang mudah ditemui di pinggir-pinggir jalan.

                        Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata para pedagang Kaki lima yang menempati ruas-ruas jalan di sekitar kawasan Pasar Johar menjual dagangannya dengan mematok harga yang kurang lebih sama antara pedagang yang satu dengan pedagang yang lainnya. Misalnya saja Pedagang kaos kaki disana, hampir semua dari mereka rata-rata memasang harga sepuluh ribu rupiah untuk tiga kaos kaki. Disana terlihat interaksi antara penjual dan pembeli. Para penjual disana melakukan persaingan secara sehat. Mereka berlomba-lomba menawarkan dagangan mereka agar dagangannya laku terjual. Pola pelayanan para Pedagang Kaki Lima dengan cara langsung mendasarkan daganganya sehingga konsumen dapat langsung memilih,  menawar dan bertransaksi. .Banyak dari para pembeli yang melakukan tawar menawar harga dengan penjual disana karena pembeli bebas menawar harga yang dibuat oleh penjual, tidak seperti di supermarket yang harganya telah ditentukan. Para pengunjung disana memperoleh kepuasan berbelanja karena harganya yang relatif murah dan terjangkau. Pada umumnya barang-barang yang didagangkan oleh para Pedagang Kaki Lima memiliki harga yang relatif terjangkau oleh pembelinya, dimana pembeli utamanya adalah masyarakat menengah kebawah yang memiliki daya beli yang rendah.

Sama halnya seperti Pedagang Kaki Lima pada umumnya, Pedagang Kaki Lima di Pasar Johar identik dengan tempat berjualannya yang memakai tenda atau bahkan tanpa memakai tenda. Ada juga yang hanya atasnya ditutup oleh layar untuk melindungi dari terik matahari. Biasanya layar yang digunakan para Pedagang Kaki Lima disana yaitu layar dari spanduk bekas. Dapat dibayangkan tempat berjualan para Pedagang Kaki Lima yang atasnya hanya ditutup oleh layar. Bagaimana saat pagi hari berganti menjadi siang hari saat terik matahari sangat menyengat. Mereka tidak menghiraukan terik matahari yang panasnya sangat menyengat, tetapi mereka tetap bersemangat untuk menawarkan dagangannya supaya laku terjual. Selain itu ada juga yang berjualan dengan menggunakan gerobak dorong yang menetap atau mangkal di pinggiran jalan. Umumnya para Pedagang Kaki Lima di sekitar kawasan Pasar Johar mempekerjakan tenaga kerja yang tidak banyak. Terlihat jumlah tenaga kerja dalam tiap satu tempat berdagang rata-rata memperkerjakan tiga orang pekerja yang kebanyakan berasal dari lingkungan atau  kalangan keluarga sendiri. Tetapi ada juga Pedagang Kaki Lima yang berjualan seorang diri tanpa dibantu oleh orang lain. Umumnya para Pedagang Kaki Lima yang berada di kawasan Pasar Johar berada pada kalangan kelas ekonomi menengah hingga bawah karena keuntungan yang diperoleh dari usaha berdagangnya yang tidak banyak. Menurut salah satu pedagang disana rata-rata pendapatan mereka sehari yaitu sekitar lima puluh ribu rupiah, tergantung barang yang diperdagangkan. Pedagang tersebut juga mengatakan bahwa pernah juga dalam satu hari berjualan tidak ada yang membeli dagangannya sehingga ia tidak mempunyai penghasilan. Penyebabnya yaitu saat terjadi hujan terus-menerus sehingga terjadi rob sehingga pengunjung berkurang.

                        Pedagang Kaki Lima merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sektor informal dalam kegiatan perekonomian kota. Fenomena penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang sering menimbulkan masalah sudah berlangsung cukup lama sejak merebaknya jenis usaha pada sektor informal. Kebanyakan orang memilih untuk bekerja sebagai Pedagang Kaki Lima karena modalnya yang kecil. Oleh karena itu akibat dari banyaknya Pedagang Kaki Lima di sekitar Pasar Johar yang melakukan aktifitas perdagangan baik untuk dagangan kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder menempati tempat–tempat yang bukan diperuntukkan bagi lokasi Pedagang Kaki Lima, yakni menempati ruas-ruas jalan sekitar Pasar Johar. Hal tersebut yang menjadikan kawasan Pasar Johar menjadi terkesan semrawut dan kelihatan kumuh karena tidak tertata dengan baik dan rapi. Misalnya saja terdapat Pedagang Kaki Lima yang berjualan di teras-teras sekitar kawasan Pasar Johar yang seharusnya merupakan hak bagi para pengguna jalan. Kemudian ada juga yang berjualan ember di pinggiran jalan. Mereka hanya menata dagangannya secara memanjang di pinggiran jalan tanpa di tutup oleh layar sekalipun. Tentunya hal semacam ini sangat mengganggu para pengguna jalan di kawasan Pasar Johar.

Fenomena yang menjadi masalah dari adanya Pedagang Kaki Lima di kawasan Pasar Johar yaitu Keberadaan para Pedagang Kaki Lima cenderung mengganggu ketertiban umum dan keindahan kota. Pedagang Kaki Lima tidak ubahnya seperti gula dan semut,  artinya di mana ada keramaian, disana pasti ada Pedagang Kaki Lima.  Akibat dari banyaknya Pedagang Kaki Lima yang berjualan di ruas-ruas jalan, selain menjadikan kawasan Pasar Johar yang terkesan kumuh dan semrawut karena tidak tertata dengan baik dan rapi juga mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang tidak terhindarkan di sekitar kawasan Pasar Johar. Para Pedagang Kaki Lima yang berada di pinggiran jalan kawasan Pasar Johar telah menyebabkan kemacetan lalu lintas di jalan H. Agus Salim. Akibatnya jalan lintas kearah Pasar Johar kini tidak layak lagi dijadikan jalur lalu lintas. Kondisi itu diperparah oleh lalu lalangnya pengunjung Pasar Johar serta banyaknya tukang becak yang berjejer di pinggir jalan. Kemacetan lalu lintas di sepanjang jalan H. Agus Salim atau pintu masuk Pasar Johar menjadi pemandangan yang hampir setiap hari. Kecepatan kendaraan berkisar 12 km/jam dari keadaan normal bahkan bisa mencapai 20 km/jam. Apalagi kalau sehabis turun hujan, kemacetan menjadi tambah parah karena kendaraan harus melintas pelan untuk menghindari lubang-lubang jalan yang digenangi air. Kemacetan lalulintas juga disebabkan karena kondisi jalan yang sempit akibat adanya parkir liar. Melihat fenomena tersebut, maka perlu dilakukan sebuah tindakan untuk para Pedagang Kaki Lima disekitar kawasan pasar Johar yang menempati ruas-ruas jalan karena telah menyebabkan kemacetan lalu lintas yang luar biasa. Pasar Johar sekarang ini adalah identik dengan kekumuhan dan kemacetan yang bertebar di setiap sudut atau ruas jalan ditambah dengan rob yang semakin meninggi.

                        Kedudukan dan keberadaan Pasar Tradisional Johar dijadikan  dasar permasalahan lalu-lintas yang ada di Kota Semarang dan berkembang menjadi suatu fenomena permasalahan dari keberadaan pasar-pasar tradisional di Kota Semarang.  Dalam keberadaannya, Pedagang Kaki Lima disatu sisi dapat menciptakan lapangan pekerjaan, sedangkan disisi lain keberadaan Pedagang Kaki Lima yang tidak diperhitungkan dalam perencanaan tata ruang telah menjadi beban bagi kota. Pedagang Kaki Lima beraktivitas pada ruang-ruang publik kota tanpa mengindahkan kepentingan umum. Keberadaan Pedagang Kaki Lima telah memberikan dampak negatif terhadap tatanan kota. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga dapat menimbulkan tindak kriminal seperti pencopetan karena keberadaannya yang tidak terkendali mengakibatkan para pejalan kaki berdesak-desakan. Namun demikian, keberadaan Pedagang Kaki Lima tidak selalu menjadi sebuah benalu. Selain membawa dampak yang negatif, keberadaan Pedagang Kaki Lima juga membawa dampak yang positif bagi masyarakat. Keberadaan Pedagang Kaki Lima secara tidak langsung dapat menekan angka penggangguran tenaga produktif. Banyak orang yang membuka usaha menjadi  Pedagang Kaki Lima karena modalnya yang kecil. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga menjadi penolong perekonomian Negara di sektor informal. Apabila terjadi kebangkrutan dalam usahanya tidak akan mempengaruhi pendapatan dalam negeri karena Pedagang Kaki Lima dalam usahanya tidak bekecimpung dengan saham tetapi dengan modal sendiri.


Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima yang tidak terkendali dapat mengakibatkan pejalan kaki berdesak-desakkan, sehingga kemungkinan dapat menimbulkan tindak kriminal seperti pencopetan. Selain itu keberadaan Pedagang Kaki Lima juga mengganggu kegiatan ekonomi pedagang formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur pengunjung seperti pinggiran jalan dan di depan toko. Kemudian  pada beberapa tempat keberadaan Pedagang Kaki Lima mengganggu para pengendara kendaraan bermotor dan mengganggu kelancaran lalu lintas. aktivitas pedagang kaki lima di Pasar Johar mempunyai ciri karakteristik yang khas yaitu, karakteristik pedagang kaki lima yang beragam jenis dagangannya. Proses perpindahan hak milik barang terjadi setelah penjual dan pembeli mencapai kesepakan harga. Fungsi Pasar Johar sebagai pasar induk Kota Semarang mengakibatkan ketidakseimbangan ruang aktivitas dagang pasar tradisional dimana dengan memusatnya aktivitas perekonomian pada satu pusat perdagangan.